Tuesday, December 20, 2016

laporan proksimat dalam sampel sirup

BAB I
PENDAHULUAN

1.1  LATAR BELAKANG
Akibat kemajuan ilmu teknologi pangan, semakin banyak jenis bahan makanan yang diproduksi, dijual, dan dikonsumsi dalam bentuk yang lebih awet dan lebih praktis dibandingkan dengan bentuk segarnya. Produk pangan sekarang ini beragam bentuknya, baik dari jenis maupun dari segi rasa dan cara pengolahannya, dengan semakin pesatnya teknik pengolahan pangan, penambahan bahan-bahan aditif pada produk pangan sulit untuk dihindari. Berkembangnya produk pangan awet tersebut hanya mungkin terjadi karena semakin tingginya kebutuhan masyarakat perkotaan terhadap berbagai jenis makanan yang praktis dan awet.
Kebanyakan makanan yang dikemas mengandung bahan tambahan, yaitu suatu bahan yang dapat mengawetkan makanan atau merubahnya dengan berbagai teknik dan cara. Bahan tambahan makanan didefinisikan sebagai bahan yang tidak lazim dikonsumsi sebagai makanan dan biasanya bukan merupakan komposisi khas makanan,dapat bernilai gizi atau tidak bernilai gizi, ditambahkan ke dalam makanan dengan sengaja untuk membantu teknik pengolahan makanan.
Buah Melon adalah salah satu jenis buah dari suku labu labuan(Cucurbitaceae) yang rasanya sangat manis dan segar sehingga banyak sekali orang yang suka padanya, Nama binomial dari tanaman buah ini adalah Cucumismelo yang tumbuh secara merambat dan menjalar, dan enak untuk dimakan langsung sebagai pencuci mulut atau juga bisa diolah menjadi beberapa olahan seperti sirup, campuran es buah dan lain-lain.
Sirup merupakan larutan yang terdiri dari air, gula dan formulasi bahan-bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan bertujuan untuk meningkatkan nilai  organoleptik, menghambat pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan produk. Namun demikian penggunaan bahan tambahan tersebut dalam jumlah besar dapat memberikan peluang terjadinya masalah kesehatan bagi manusia. Seperti iritasi tenggorokan, dan dapat mempengaruhi saraf otak dan kanker.
Sekarang ini telah terdapat berbagai macam merk sirup dengan rasa dan kualitas yang berbeda – beda. Sirup melon merupakan salah satu hasil perkembangan produk olahan minuman yang banyak peminatnya saat ini mulai dari anak – anak, remaja, hingga orang dewasa.
Terkait dengan hal tersebut, maka penulis ingin melakukan beberapa pengujian terhadap sampel yang dipilih yaitu sirup melon yang  diantaranya melakukan penentuan kadar NaCl dengan indeks bias menggunakan alat refraktometer, melakukan penentuan formalin dengan uji kualitatif formalin dengan larutan KMnO4, melakukan penentuan kandungan kalsium dengan titrasi khelatometri, dan melakukan penentuan konsentrasi besi dengan spektrofotometer uv – vis .

1.2  TUJUAN
Ø  Untuk mengetahui indeks bias dengan alat refraktometer,
Ø  Mengetahui formalin dengan uji kualitatif formalin menggunakan larutan KMnO4,
Ø  Mengetahui kandungan  Ca dengan titrasi khelatometri,
Ø  Mengetahui konsentrasi Fe2+ dengan spektrometri uv – vis dalam sampel sirup.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1  METODE INDEKS BIAS
Indeks bias adalah perbandingan antara kecepatan cahaya dalam udara dengan kecepatan cahaya dalam zat tersebut. Indeks bias adalah perbandingan kecepatan rambat cahaya dalam ruang hampa dengan kecepatan cahaya pada suatu medium.  Indeks bias ini merupakan salah satu dari beberapa sifat optis yang penting dari medium. Indeks bias memainkan peran yang cukup penting di dalam beberapa bidang diantaranya adalah dalam bidang kimia, pengukuran terhadap indeks bias secara luas telah digunakan antara lain untuk mengetahui konsentrasi larutan dan mengetahui komposisi bahan-bahan penyusun larutan. Indeks bias juga dapat digunakan untuk mengetahui kualitas suatu larutan.
Dalam bidang industri makanan dan minuman, indeks bias dapat digunakan untuk mengetahui besarnya konsentrasi gula ataupun garam dalam produk makanan dan minuman, seperti contoh untuk mengetahui kandungan gula dalam jus buah, kandungan gula dalam kue, dan lain-lain. Indeks bias menurut pengertian fisis adalah kemampuan cahaya merambat dalam suatu zat berdasarkan molekul – molekul penyusun zat tersebut.  Indeks bias memiliki fungsi untuk mengidentifikasi zat kemurnian, suhu pengukuran dilakukan pada suhu 20oC dan suhu tersebut harus benar-benar diatur dan dipertahankan karena sangat mempengaruhi indeks bias. Sedangkan berdasarkan persamaan matematis, indeks bias adalah perbandingan cepat rambat diudara dengan cepat rambat cahaya ketika melalui suatu zat. Pengukuran indeks bias penting untuk :
1.      Menilai sifat dan kemurnian suatu medium salah satunya berupa cairan.
2.      Mengetahui nilai perbandingan komponen dalam campuran dua zat cair.
3.      Mengetahui konsentrasi larutan-larutan.
 Indeks bias suatu larutan dapat diukur dengan menggunakan beberapa metode antara lain dengan metode interferometri yang meliputi interferometri Mach-Zender, interferometri FabryPerot dan interferometri Michelson (Pedrotti dan Pedrotti, 1993). Metode-metode ini merupakan metode yang sangat akurat untuk mengukur indeks bias. Akan tetapi metode-metode tersebut mempunyai beberapa kelemahan, antara lain pengoperasian alat yang cenderung rumit dan membutuhkan waktu yang lama. Metode lain yang juga sering digunakan untuk mengukur indeks bias adalah dengan menggunakan refraktometer. Metode ini merupakan metode yang sederhana. Sampel yang digunakan juga relatif lebih sedikit dibandingkan dengan metode-metode yang lainnya. Refraktometer adalah alat yang digunakan untuk menentukan konsentrasi atau kadar dari bahan terlarut dengan memanfaatkan indeks bias suatu cahaya seperti gula dan garam. Indeks bias adalah kecepatan cahaya di ruang hampa dengan kecepatan cahaya pada zat tersebut atau perbandingan dengan sinus sudut datang dengan sinus sudut bias. Nilai pada indeks bias suatu zat terlarut selalu berubah tergantung nilai suhu dan panjang gelombang yang dibiaskan.
Prinsip kerja alat refraktometer menggunakan prisip pembiasan. Jika sampel merupakan larutan dengan konsentrasi rendah maka yang terjadi sudut refraksi akan lebar dikarenakan perbedaan refraksi dari prisma dan sampel besar. Maka skala yang terbaca akan jatuh pada skala rendah. Sedangkan, jika sampel dengan konsentrasi tinggi maka sudut refraksi akan kecil karena perbedaan refraksi prisma dan sampel kecil.
Ada 4 jenis refraktometer utama yaitu :
1.      Refraktometer genggam tradisional ( tradisional handheld refractometers).
2.      Refraktometer genggam digital ( digital handheld refractometers).
3.      Laboratorium atau refraktometer Abbe (Abbe refractometers).
4.      Proses refraktometer inline (inline produce refractometers).
Refraktometer ditemukan oleh Dr. ernest Abbe seorang ilmuan dari German pada permulaan abad 20. Refraktometer Abbe adalah refraktometer untuk mengukur indeks bias cairan, padatan dalam cairan atau serbuk dengan indeks bias dari 1,300 sampai 1,700 dan persentase padatan 0 sampai 95 %. Ciri khas refraktometer yaitu dapat dipakai untuk mengukur secara tepat dan sederhana karena hanya memerlukan zat yang sedikit yaitu 0,1 ml dan ketelitiannya sangat tinggi. Faktor - faktor yang mempengaruhi harga indeks bias cairan, yaitu :
1.      Berbanding terbalik dengan suhu.
2.      Berbanding terbalik dengan panjang gelombang sinar yang digunakan.
3.      Berbanding urus dengan tekanan udara dipermukaan udara.
4.      Berbanding lurus dengan kadar atau konsentrasi larutan.
Metode Pengukurannya didasarkan pada prinsip bahwa cahaya yang masuk melewati prisma-cahaya hanya bisa melewati bidang batas antara cairan dan prisma kerja dengan suatu sudut yang terletak dalam batas-batas tertentu yang ditentukan oleh sudut batas antara cairan dan alas.

Bagian – bagian dalam refraktometer diantaranya :
1.        Day light plate (kaca)
     Day light plate berfungsi untuk melindungi prisma dari goresan akibat debu, benda asing, atau untuk mencegah agar sampel yang diteteskan pada prisma tidak menetes atau jatuh.
2.      Prisma (biru)
     Prisma merupakan bagian yang paling sensitif terhadap goresan. Prisma berfungsi untuk pembacaan skala dari zat terlarut dan mengubah cahaya polikromatis (cahaya lampu/matahari) menjadi monokromatis.
3.        Knop pengatur skala
     Knop pengatur skala berfungsi untuk mengkalibrasi skala menggunakan aquades. Cara kerjanya ialah knop diputar searah atau berlawanan arah jarum jam hingga didapatkan skala paling kecil (0.00 untuk refraktometer salinitas, 1.000 untuk refraktometer urine).
4.      Lensa
     Lensa berfungsi untuk memfokuskan cahaya yang monokromatis.
5.      Handle
     Handle berfungsi untuk memegang alat refraktometer dan menjaga suhu agar stabil.
6.      Bimatal strip
     Bimetal strip terletak pada bagian dalam alat (tidak terlihat) dan berfungsi untuk mengatur suhu sekitar 18 – 28 OC. Jika saat pengukuran suhunya mencapai kurang dari 18 OC atau melebihi 28 OC maka secara otomatis refraktometer akan mengatur suhunya agar sesuai dengan rangeyaitu 18 – 28 OC.
7.      Lensa pembesar
     Sesuai dengan namanya, lensa pembesar berfungsi untuk memperbesar skala yang terlihat pada eye piece.
8.      Eye piece
     Eye piece merupakan tempat untuk melihat skala yang ditunjukkan oleh refraktometer.
9.      Skala
     Skala berguna untuk melihat , konsentrasi, dan massa jenis suatu larutan.
Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Senyawa ini adalah garam yang paling memengaruhi salinitas laut dan cairan ekstraselular pada banyak organisme multiselular. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida rering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan. Natrium klorida kadang-kadang digunakan sebagai pengering yang murah dan aman karena sifatnya yang higroskopis, efektif untuk membuat pengawetan makanan metoda pengasinan, seperti menarik air dari bakteri melalui tekanan osmotik mencegah mereka dari reproduksi yang menyebabkan makanan dirusak. Meskipun desiccants yang tersedia lebih efektif, hanya sedikit yang aman bagi manusia untuk ditelan. Banyak mikroorganisme tidak dapat hidup dalam lingkungan yang terlalu asin: air mereka ditarik keluar dari sel dengan osmosis . Untuk alasan ini garam digunakan untuk mengawetkan beberapa makanan, seperti daging asap atau ikan. Hal ini juga dapat digunakan untuk melepaskan lintah yang melekat sendiri. garam ini juga digunakan untuk membasmi kuman luka.
2.2  METODE FORMALIN
Formaldehid (HCOH) merupakan suatu bahan kimia dengan berat molekul 30,03 yang pada suhu kamar dan tekanan atmosfer berbentuk gas tidak berwarna,berbau pedas (menusuk) dan sangat reaktif (mudah terbakar). Bahan ini larut dalam air dan sangat mudah larut dalam etanol dan eter.
Formalin adalah larutan formaldehid dalam air dengan kadar 37% yang biasa di gunakan untuk mengawetkan sampel biologi atau mengawetkan mayat. Formalin sudah sangat umum digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Apabila digunakan secara benar, formalin akan banyak kita rasakan manfaatnya, misalnya sebagai antibakteri atau pembunuh kuman dalam berbagai jenis keperluan industri, yakni pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian, pembasmi lalat maupun berbagai serangga lainnya. Dalam dunia fotografi biasanya digunakan sebagai pengeras lapisan gelatin dan kertas. Formalin juga sering digunakan sebagai bahan pembuatan pupuk urea, bahan pembuat produk parfum, pengawet bahan kosmetika, pengeras kuku. Formalin boleh juga dipakai sebagai bahan pencegah korosi untuk sumur minyak. Di bidang industri kayu, formalin digunakan sebagai bahan perekat untuk produk kayu lapis (polywood). Dalam kosentrasi yang sangat kecil (< 1%) digunakan sebagai pengawet untuk berbagai barang konsumen seperti pembersih rumah tangga, cairan pencuci piring, pelembut, perawat sepatu, shampoo mobil, lilin dan karpet.
            Menurut Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999, formalin merupakan bahan kimia yang penggunaannya dilarang untuk produk makanan (Nuryasin, 2006). Formalin adalah nama dagang larutan Formaldehid dalam air dengan kadar 30-40 %.  Di pasaran formalin dapat diperoleh dalam bentuk sudah diencerkan, yaitu dengan kadar formaldehidnya 40, 30, 20 dan 10 %, serta dalam bentuk tablet yang beratnya masing-masing sekitar 5 gram. Formalin ini biasanya digunakan sebagai bahan baku industri lem, playwood dan resin; disinfektan untuk pembersih lantai, kapal, gudang dan pakaian; germisida dan fungisida pada tanaman sayuran; serta pembasmi lalat dan serangga lainnya. Larutan dari formaldehida sering dipakai membalsem atau mematikan bakteri serta mengawetkan bangkai (Wikipedia, 2005).  Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006). Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntahmuntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian.
Adanya formalin atau tidaknya dalam makanan bisa dengan menggunakan tes kalium permanganat pengujian ini cukup sederhana, dengan melarutkan serbuk kalium permanganat  di air hingga berwarna ungu. Perubahan warna pada larutan dari warnaungu pudar, maka menunjukan sampel tersebut mengandung formalin, Uji kualitatif formalin dalam makanan dapat dilakukan dengan larutan KMnO4.





2.3  METODE TITRASI KHELATOMETRI
Salah satu kandungan gizi dalam sirup melon adalah kalsium. Kalsium adalah mineral penting yang paling banyak di butuhkan oleh manusia. Kalsium bermanfaat untuk membantu proses pembentukan tulang dan gigi serta di perlukan dalam pembekukan darah, kontraksi otot, transmisi sinyal pada sel saraf. Kalsium juga berperan dalam proses penyerapan vitamin B12 serta berguna dalam struktur dan fungsi dari sel membran. Kalsium  dapat membantu mencegah terjadinya osteoporosis. Kalsium dapat berperan dalam menurunkan tekanan darah serta dapat untuk mengurangi resiko terkena penyakit kardiovaskuler pada wanita post – menopause.
Dalam penentuan kadar kalsium dalam sampel sirup melon tersebut dapat menggunakan metode titrasi yaitu dengan titrasi khelatometri. Titrasi kompleksometri yaitu titrasi berdasarkan pembentukan persenyawaan kompleks. Kompleksometri merupakan jenis titrasi dimana titran dan titrat saling mengkompleks, membentuk hasil berupa kompleks. Reaksi – reaksi pembentukan kompleks atau yang menyangkut kompleks banyak sekali dan penerapannya juga banyak, tidak hanya dalam titrasi. Karena itu perlu pengertian yang cukup luas tentang kompleks, sekalipun disini pertama – tama akan diterapkan pada titrasi. kompleksometri juga dikenal sebagai reaksi yang meliputi reaksi pembentukan ion-ion kompleks ataupun pembentukan molekul netral yang terdisosiasi dalam larutan. Persyaratan mendasar terbentuknya kompleks demikian adalah tingkat kelarutan tinggi. Selain titrasi komplek biasa seperti di atas, dikenal pula kompleksometri yang dikenal sebagai titrasi kelatometri, seperti yang menyangkut penggunaan EDTA.  Kalsium merupakan unsur logam alkali tanah yang reaktif, mudah ditempa dan dibentuk serta berwarna putih perak. Kalsium bereaksi dengan air dan membentuk kalsium hidroksida dan hidrogen. EDTA adalah kependekan dari ethylene  diamin tetra acetic. EDTA berupa senyawa kompleks khelat. Merupakan suatu senyawa asam amino yang secara luas dipergunakan untuk mengikat ion logam logam bervalensi dua dan tiga. EDTA mengikat logam melalui empat karboksilat dan dua gugus amina. Larutan standar EDTA dibuat dari Na2H2Y.2H2O yang dikeringkan, yang kemurnianya 100 ± 0,5 %. Jika sampel tidak mengandung Mg2+ , perlu ditambahkan Mg EDTA kedalam erlenmeyer agar memberikan titik akhir titrasi yang tajam, sebab Ca2+ tidak membentuk khelat yang kuat dengan indikator yang dapat memberikan titik akhir titrasi yang tajam. reaksi yang terjadi adalah sebagai berikut :

Titrasi : Ca2+ + H2Y2- CaY2- + 2H+
TAT   : Mg2+ + Hin2- → MgIn- + H+
                        MgIn- (merah) + H2Y-  (tak berwarna) → MgY2- (tak berwarna)+ HIn2- (biru)  +H+
2.4  METODE SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS
Besi adalah salah satu logam berwarna putih keperakan dan dapat dibentuk. Fe di dalam susunan unsur berkala termasuk logam golongan VIII, dengan berat atom 55,85 g.mol-1, nomor atom 26, berat jenis 7,86 g.cm-3 dan umumnya mempunyai valensi 2 dan 3. Besi adalah salah satu elemen kimiawi yang dapat ditemui pada hampir setiap tempat tempat di bumi.
Unsur Fe merupakan unsur yang penting dan berguna untuk metabolisme tubuh. Setiap hari tubuh memerlukan unsur besi 7-35 mg/hari yang sebagian diperoleh dari air. Tetapi zat Fe yang melebihi dosis yang diperlukan oleh tubuh dapat menimbulkan masalah kesehatan. Fe dibutuhkan tubuh dalam pembentukan hemoglobin. Banyaknya besi dalam tubuh dikendalikan oleh fase adsorpsi. Tubuh manusia tidak dapat mengekskresikan Fe, karenanya mereka yang sering mendapat transfusi darah, warna kulitnya menjadi hitam karena akumulasi Fe. Air minum yang mengandung besi cenderung menimbulkan rasa mual apabila dikonsumsi. Sekalipun Fe diperlukan oleh tubuh, tetapi dalam dosis yang besar dapat merusak dinding usus. Kematian sering disebabkan oleh rusaknya dinding usus ini. Hemokromatis merupakan penyakit akibat kelebihan zat besi. Biasanya penyakit ini memiliki tanda-tanda diantaranya kulit berwarna merah, kanker hati, diabetes, impotensi, kelelahan dan gangguan jantung. Seseorang yang telah mendapat penyakit tersebut akan lebih rentan terhadap serangan jantung, stroke, dan gangguan pembuluh darah.
Dan untuk mengetahui berapa banyak kandungan besi yang terkandung dalam sampel sirup dapat menggunakan metode spektrofotometer uv – vis.  Spektroskopi UV–VIS  adalah teknik analisis spektroskopi yang menggunakan sumber radiasi elektromagnetik dan sinar tampak dengan mengunakan instrumen. Spektrofotometri adalah penyerapan sinar tampak untuk ultraviolet dengan suatu molekul yang dapat menyebabkan eksitasi molekul dan tingkat dasar ketingkat energi yang paling tinggi. Spektrofotometri Sinar Tampak (UV-Vis) adalah pengukuran energi cahaya oleh suatu sistem kimia pada panjang gelombang tertentu. Sinar ultraviolet (UV) mempunyai panjang gelombang antara 200-400 nm, dan sinar tampak (visible) mempunyai panjang gelombang 400-750 nm. Pada panjang gelombang yang lebih sedikit akan menyerap pada panjang gelombang cahaya UV dan VIS bergantung pada mudahnya promo elektron. Molekul-molekul yang memerlukan lebih banyak energi untuk promosi elektron akan menyerap gelombang yang lebih panjang. Cahaya yang menyerap cahaya pada daerah tampak  (yakni mudah dipromosikan dan pada senyawa yang menyerap pada panjang gelombang UV yang lebih pendek. Semua molekul dapat mengabsorbansi radiasi dalam daerah UV-VIS karena mereka mengandung elektron baik sekutu maupun menyendiri yang dapat dieksitasikan ketingkat energi yang lebih tinggi. Panjang gelombang di mana absorbsi itu terjadi bergantung pada beberapa elektron kuat itu terikat dalam molekul itu. Elektron dalam suatu ikatan kovalen tunggal terikat denagn kuat dan diperlukan iodisasi yang lebih tinggi atau panjang gelombang pendek untuk eksitasinya. Spektrum elektronik senyawa dalam fase uap kadang - kadang menunjukkan struktur harus di mana sumbangan vibrasi individu teramati. Namun dalam fase – fase merapat tingkat energi molekul demikian terganggu oleh tetangga tetangga dekatnya, sehingga sering sekali hanya tampak pita lebar.
Ada beberapa yang harus diperhatikan dalam analisis spektrofotometri UV-VIS terutama untuk senyawa yang semula tidak berwarna yang akan dianalisis dengan senyawa spektrofotometri visibel karena senyawa tersebut harus diubah menjadi senyawa yang berwarna pembentukan molekul yang dianalisis tidak menyerap pada daerah tersebut.
Spektrum UV-Vis sangat berguna untuk pengukuran secara kuantitatif. Konsentrasi dari analit di dalam larutan bisa ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan menggunakan hukum Lambert-Beer.
Hukum Lambert-Beer menyatakan hubungan linieritas antara absorban dengan konsentrasi larutan analit dan berbanding terbalik dengan transmitan. Dalam hukum Lambert-Beer tersebut ada beberapa pembatasan, yaitu :
1.      Sinar yang digunakan dianggap monokromatis
2.      Penyerapan terjadi dalam suatu volume yang mempunyai penampang yang sama
3.      Senyawa yang menyerap dalam larutan tersebut tidak tergantung terhadap yang lain dalam larutan tersebut
4.      Tidak terjadi fluorensensi atau fosforisensi
5.      Indeks bias tidak tergantung pada konsentrasi larutan
Hukum Lambert-Beer dinyatakan dalam rumus sbb :
A         = a.b.c
dimana :
A
        = absorban
a
         = absorptivitas molar
b
         = tebal kuvet (cm)
c
          = konsentrasi
INSTRUMEN SPEKTROFOTOMETRI UV – VIS
1. Sumber cahaya
            Sumber cahaya pada spektrofotometer harus memiliki panacaran radiasi yang stabil dan intensitasnya tinggi. Sumber  cahaya pada spektrofotometer UV-Vis ada dua macam :
      a. Lampu Tungsten (Wolfram), Lampu ini digunakan untuk mengukur sampel pada daerah tampak. Bentuk lampu ini mirip dengna bola lampu pijar biasa. Memiliki panjang gelombang antara 350-2200 nm. Spektrum radiasianya berupa garis lengkung. Umumnya memiliki waktu 1000jam pemakaian.
      b. Lampu DeuteriumLampu ini dipakai pada panjang gelombang 190-380 nm. Spektrum energy radiasinya lurus, dan digunakan untuk mengukur sampel yang terletak pada daerah uv. Memiliki waktu 500 jam pemakaian.



2. Wadah Sampel
            kebanyakan spektrofotometri melibatkan larutan dan karenanyan kebanyakan wadah sampel adalah sel untuk menaruh cairan ke dalam berkas cahaya spektrofotometer. Sel itu haruslah meneruskan energy cahaya dalam daerah spektral yang diminati: jadi sel kaca melayani daerah tampak, sel kuarsa atau kaca silica tinggi istimewa untuk daerah ultraviolet. Dalam instrument, tabung reaksi silindris kadang-kadang diginakan sebagai wadah sampel. Penting bahwa tabung-tabung semacam itu diletakkan secara reprodusibel dengan membubuhkan tanda pada salah satu sisi tabunga dan tanda itu selalu tetaparahnya tiap kali ditaruh dalam instrument. Sel-sel lebih baik bila permukaan optisnya datar. Sel-sel harus diisi sedemikian rupa sehingga berkas cahaya menembus larutan, dengan meniscus terletak seluruhnya diatas berkas. Umumnya sel-sel ditahan pada posisinya dengan desain kinematik dari pemegangnya atau dengan jepitan berpegas yang memastikan bahwa posisi tabung dalam ruang sel (dari) instrument itu reprodusibel.
3. Monokromator
Monokromator adalah alat yang akan memecah cahaya polikromatis menjadi  cahaya tunggal (monokromatis) dengan komponen panjang gelombang tertentu. Bagian-bagian monokromator, yaitu :
   a. Prisma
Prisma akan mendispersikan radiasi elektromagnetik sebesar mungkin supaya di dapatkan resolusi yang baik dari radiasi polikromatis.
   b. Grating (kisi difraksi)
Kisi difraksi memberi keuntungan lebih bagi proses spektroskopi. Dispersi sinar akan disebarkan merata, dengan pendispersi yang sama, hasil dispersi akan lebih baik. Selain itu kisi difraksi dapat digunakan dalam seluruh jangkauan spektrum.
   c. Celah optis
Celah ini digunakan untuk mengarahkan sinar monokromatis yang diharapkan dari sumber radiasi. Apabila celah berada pada posisi yang tepat, maka radiasi akan dirotasikan melalui prisma, sehingga diperoleh panjang gelombang yang diharapkan.
  
 d. Filter
            Berfungsi untuk menyerap warna komplementer sehingga cahaya yang diteruskan merupakan cahaya berwarna yang sesuai dengan panjang gelombang yang dipilih.
4. Detektor 
            Detektor akan menangkap sinar yang diteruskan oleh larutan. Sinar kemudian diubah menjadi sinyal listrik oleh amplifier dan dalam rekorder dan ditampilkan dalam bentuk angka-angka pada reader (komputer). Detector dapat memberikan respons terhadap radiasi pada berbagai panjang gelombang Ada beberapa cara untuk mendeteksi substansi yang telah melewati kolom. Metode umum yang mudah dipakai untuk menjelaskan yaitu penggunaan serapan ultra-violet. Banyak senyawa-senyawa organik menyerap sinar UV dari beberapa panjang gelombang. Jika anda menyinarkan sinar UV pada larutan yang keluar melalui kolom dan sebuah detektor pada sisi yang berlawanan, anda akan mendapatkan pembacaan langsung berapa besar sinar yang diserap. Jumlah cahaya yang diserap akan bergantung pada jumlah senyawa tertentu yang melewati melalui berkas pada waktu itu. Anda akan heran mengapa pelarut yang digunakan tidak mengabsorbsi sinar UV. Pelarut menyerapnya! Tetapi berbeda, senyawa-senyawa akan menyerap dengan sangat kuat bagian-bagian yang berbeda dari specktrum UV. Misalnya, metanol, menyerap pada panjang gelombang dibawah 205 nm dan air pada gelombang dibawah 190 nm. Jika anda menggunakan campuran metanol-air sebagai pelarut, anda sebaiknya menggunakan panjang gelombang yang lebih besar dari 205 nm untuk mencegah pembacaan yang salah dari pelarut.
5. Visual display/recorder
            Merupakan system baca yang memperagakan besarnya isyarat listrik, menyatakan dalam bentuk % Transmitan maupun Absorbansi.

PRINSIP KERJA
            Cahaya yang berasal dari lampu deuterium maupun wolfram yang bersifat polikromatis di teruskan melalui lensa menuju ke monokromator pada spektrofotometer dan filter cahaya pada fotometer. Monokromator kemudian akan mengubah cahaya polikromatis menjadi cahaya monokromatis (tunggal). Berkas-berkas cahaya dengan panjang tertentu kemudian akan dilewatkan pada sampel yang mengandung suatu zat dalam konsentrasi tertentu. Oleh karena itu, terdapat cahaya yang diserap (diabsorbsi) dan ada pula yang dilewatkan. Cahaya yang dilewatkan ini kemudian di terima oleh detector. Detector kemudian akan menghitung cahaya yang diterima dan mengetahui cahaya yang diserap oleh sampel. Cahaya yang diserap sebanding dengan konsentrasi zat yang terkandung dalam sampel sehingga akan diketahui konsentrasi zat dalam sampel secara kuantitatif.

2.5  SIRUP RASA MELON (SAMPEL)
Buah Melon adalah salah satu jenis buah dari suku labu labuan(Cucurbitaceae) yang rasanya sangat manis dan segar sehingga banyak sekali orang yang suka padanya. Buah ini memiliki bentuk yang bundar dengan lapisan kulit yang sangat unik karena seperti ada serat-serat seperti sisik yang merata diseluruh lapisan luarnya, dan apabila dibelah maka akan memiliki daging dengan warna hijau kekuningan. Nama binomial dari tanaman buah ini adalah Cucumismelo yang tumbuh secara merambat dan menjalar, dan enak untuk dimakan langsung sebagai pencuci mulut atau juga bisa diolah menjadi beberapa olahan seperti sirup, campuran es buah dan lain-lain. Beberapa manfaat dari buah melon diantaranya adalah mampu mencegah kanker, mencegah sembelit, menurunkan tingkat resiko dari serangan penyakit jantung dan stroke, mencegah penyakit ginjal, menyembuhkan panas dalam dan lain-lain.
   Sirup dalam bahasa arab yaitu sharab (minuman) adalah cairan yang kental dan memiliki kadar gula terlarut yang tinggi, namun hampir tidak memiliki kecendrungan untuk mengendapkan kristal. Kekentalan sirup disebabkan oleh banyaknya ikatan hidrogen antara gugus hidroksil (OH) pada molekul gula terlarut dengan molekul air yang melarutkanya. Secara teknik maupun dunia ilmiah, istilah sirup juga sering digunakan untuk menyebutkan cairan kental, umumnya residu, yang mengandung zat terlarut selain gula. biasanya sirup digunakan pada dunia obat – obatan, kuliner serta minuman.
Sirup merupakan larutan yang terdiri dari air, gula dan formulasi bahan-bahan tambahan pangan. Bahan tambahan pangan bertujuan untuk meningkatkan nilai  organoleptik, menghambat pertumbuhan mikroba dan memperpanjang masa simpan produk. Namun demikian penggunaan bahan tambahan tersebut dalam jumlah besar dapat memberikan peluang terjadinya masalah kesehatan bagi manusia. Seperti iritasi tenggorokan, dan dapat mempengaruhi saraf otak dan kanker.




Syarat Mutu Pada Sirup Berdasarkan SNI No. 3544:2013
NO
Kriteria Uji
Satuan
Persyaratan
1.
Total gula (dihitung sebagai sukrosa) (b/b)
%
Min. 65
2.
Karbohidrat
gram
Maks. 0,74
3.
Besi
ppm
Maks. 4,00
4.
Fosfor
mg/kg
Maks. 16,00
5.
Potasium
mg/kg
Maks. 4,00
6.
Natrium Benzoat
mg/kg
Maks. 600
7.
Timbal (Pb)
mg/kg
Maks. 1,0
8.
Kadmium (Cd)
mg/kg
Maks. 0,2
9.
Timah (Sn)
mg/kg
Maks. 40,0
10.
Merkuri (Hg)
mg/kg
Maks. 0,03
11.
Arsen (As)
mg/kg
Maks. 0,5
12.
Kalsium
ppm
Maks. 45
13.
Angka Lempengan Total
koloni/ml
Maks. 5 × 102
14.
Kapang/khamir
koloni/ml
Maks. 1 × 102
15.
Bakteri Coliform
APM/ml
Maks. 20
16.
Escherichia Coli
APM/ml
< 3













BAB III
METODE ANALISIS

3.1  Alat yang digunakan


1.      Refraktometer
2.      Labu ukur 25 ml 7 buah
3.      Pipet ukur 50 ml 1 buah
4.      Gelas ukur 10 ml 1 buah
5.      Bulp pipet 1 buah
6.      Botol semprot
7.      Spatula
8.      Gelas beaker 100 ml 1 buah
9.      Gelas beaker 250 ml 2 buah
10.  Neraca analitik
11.  Batang pengaduk 3 buah
12.  Tisu
13.  Tabung reaksi 8 buah
14.  Rak tabung reaksi
15.  Pipet tetes 5 buah
16.  Pipet ukur 5 ml
17.  Buret 50 ml 1 buah
18.  Erlenmeyer 250 ml 5 buah
19.  Kelm dan statif
20.  Labu ukur 500 ml 1 buah
21.  Labu ukur 100 ml 2 buah
22.  Pipet volum 10 ml 2 buah
23.  Pipet ukur 1 ml 1 buah
24.  Gelas beaker 500 ml 2 buah
25.  Botol reagen 4 buah
26.  Oven



3.2  Bahan yang digunakan


1.      Larutan baku NaCl 2,5 %, 5,0 %, 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, 15,0%
2.      Aquades
3.      Alkohol
4.      Sampel sirup
5.      KMnO41 N
6.      Larutan EDTA 0,01 M
7.      Larutan standar Ca2+ 0,01 M
8.      Larutan buffer amonia pH = 10
9.      Indikator Eriochrome Black T (EBT)
10.  HNO3
11.  HCl






3.3  Prosedur Kerja

3.3.1  Penetapan Indeks Bias dan Kadar Garam dalam Sirup
1.      Menyiapkan alat dan bahan yang digunakan,
2.      Menimbang 20 gram NaCl , melarutkan larutan NaCl dan memeasukan kedalam labu ukur 100 ml lalu menambahkan aquades hingga tanda tera, menghomogenkanya kemudian memasukan kedalam gelas beaker 250 ml.
3.      Memipet larutan baku NaCl masing – masing sebanyak 18,8 ml, 15,6 ml, 12,5 ml, 9,4 ml, 6,2 ml, 3,1 ml untuk larutan baku NaCl berturut-turut dengan konsentrasi 15,0 %, 12,5 %, 10,0 %, 7,5 %, 5,0 %, 2,5 % lalu masing – masing larutan diencerkan menjadi 25 ml didalam labu ukur 25 ml, kemudian menambahkan aquades hingga tanda tera, lalu menghomogenkanya dan memasukan larutan kedalam tabung reaksi sesuai dengan label yang tertera pada tabung sebelum dimasukan, tabung reaksi dibilas terlebih dahulu dengan larutan baku yang akan dimasukan tersebut.
4.      Mengambil 10 ml sampel sirup dan mengencerkanya menjadi 25 ml kemudian memasukan sampel kedalam tabung reaksi.
5.      Meteskan prisma refraktometer dengan alkohol, kemudian membersihkan dengan tisu secara perlahan.
6.      Melakukan kalibrasi refraktometer dengan aquades (blanko) kemudian membersihkanya dengan tisu secara perlahan.
7.      Meneteskan larutan baku NaCl dengan konsentrasi 2,5 %, 5,0 %, 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, dan 15,0 % secara berurutan dengan menetesi aquades terlebih dahulu sebelum berganti larutan, kemudian menutup prisma refraktometer.
8.      Mengarahkan refraktometer ke sumber cahaya dan mencatat hasil pengukuran dengan melihat skala yang tertera pada refrektometer.
9.      Membersihkan prisma refraktometer dengan tisu secara perlahan, kemudian meneteskan aquades, membersihkan kembali dengan tisu kemudian meneteskan sampel sirup, menutup prisma refraktometer, mengarahkan refraktometer ke arah sumber cahaya dan mencatat hasil pengukuran dengan melihat skala yang etrtera pada refraktometer.
10.  Menghitung konsentrasi kandungan NaCl dalam sirup.

3.3.2  Uji Kualitatif Formalin dalam Sirup
1.      Menimbang KMnO4 sebanyak 0,7900 gram kemudian melarutkannya dengan aquades, memasukan larutan  kedalam labu ukur 25 ml dan menambahkan aquades hingga tanda tera, menghomogenkanya kemudian memasukan larutan kedalam botol reagen yang telah di beri label sebelumnya.
2.      Memasukan 1 ml sampel kedaam gelas ukur 10 ml kemudian dilarutkan dengan aquades sebanyak 10 ml lalu dimasukan kedalam tabung reaksi.
3.      Meneteskan 2 tetes KMnO4 1 N kedalam tabung reaksi yang berisi sampel, menghomogenkanya dengan batang pengaduk, menunggu selama 30 menit dan mengamati perubahan warna yang terjadi pada sampel

3.3.3        Penetapan Kadar Kalsium dalam Sirup dengan Titrasi Khelatometri
a.       Membuat Larutan Mg EDTA
1.      Menimbang 1,9000 gram garam Na EDTA melarutkanya dengan aquades sebanyak 25 ml.
2.      Menimbang 0,5000 gram NaOH, kemudian melarutkanya dengan sedikit aquades.
3.      Menimbang 0,1 gram MgCl2.6H2O melrutkanya dengan sedikit aquades hingga larut.
4.      Menambahkan larutan NaOH kedalam larutan garam Na EDTA, mengaduknya dengan batang pengaduk, kemudian menambahkan larutan MgCl2.6H2O kedalam lrutan campuran kemudian mengaduknya dengan bantang pengaduk.
5.      Memasukan latutan campuran kedalam labu ukur 500 ml, menambahkan aquades hingga tanda tera, lalu menghomogenkanya dan memasukan larutan EDTA kedalam otol reagen yang telah diberi label.
b.      Membuat larutan Ca2+  0,01 M
1.      Menimbang 0,5 gram CaCO3 murni yang sebelumnya dikeringkan pada suhu 100 °C, melarutkanya dalan labu ukur 100 ml dengan aquades hingga batas tera, menghomogenkanya, kemudian memasukanya kedalam gelas beaker 250 ml.
2.      Menambahkan setetes demi setetes HCL (1 : 1) sampai semua CaCO3 larut, memanaskan larutan hingga semua gas CO2 menguap.
3.      Memasukan larutan kedalam labu ukur 500 ml yang telah dibilas dan diisi 250 ml sebelumnya dengan aquades, menambahkan aquades hingga tanda tera dan menghomogenkanya kemudian memasukan kedalam botol reagen yang telah diberi label sebelumnya.

c.       Standarisasi Larutan EDTA
1.      Membilas buret dengan aquades, membilas buret dengan sedikit larutan Mg EDTA dan mengisi buret dengan larutan Mg EDTA
2.      Membilas kelima erlenmeyer 250 ml dengan HNO3 (1 :1) kemudian membilas kembali kelima erlenmeyer dengan aquades hingga bersih
3.      Memipet 10 ml larutan standar Ca2+ kedalam 3 erlenmeyer
4.      Menambahkan1 ml buffer amonia kedalam masing – masing erlenmeyer, kemudian menambahkan 4 tetes larutan indikator EBT  pada setiap labu hingga larutan menjadi warna merah anggur
5.      Melakukan titrasi ketiga erlenmeyer hingga terjadi perubahan warna dari merah anggur menjadi biru kemudian mencatat volume titran yang terpakai
d.      Penetapan Kesadahan Total dalam Sirup
1.      Mengambil 10 ml sampel sirup dengan pipet volum 10 ml, mengencerkannya kedalam labu ukur 100 ml, menambahkan aquades hingga tanda tera, dan menghomogenkanya
2.      Mengambil masing – masing 10 ml larutan sampel dengan pipet volum 10 ml, memasukan kedalam kedua erlenmeyer 250 ml
3.      Menambahkan masing – masing 1 ml buffer amonia kedalam erlenmeyer yang berisi sampel sirup, dan menambahkan maing – masing 4 tetes indikator EBT hingga berwarna merah anggur
4.      Melakukan titasi kedua erlenmeyer hingga terjadi perubahan warna menjadi biru, mencatat titran yang terpakai dan melakukan perhitungan.

3.3.4  Penetapan Kdar Besi dalam Sirup dengan Metode Spektrofotometri uv-vis
1.        Menyiapkan alat, bahan yang akan digunakan, membilas semua peralatan gelas yang akan digunakan dengan aquades.
2.        Memipet 10 ml aquades (blanko) dan memasukanya kedalam beaker gelas 10 ml kemudian menambahkan reagen besi dan menghomogenkanya hingga larut.
3.        Memipet 10 ml sirup dengan menggunakan pipet volum 10 ml
4.        Memasukan sampel sirup kedalam labu takar 100 ml kemudian membilas sisa – sisa sirup yang masih berada dalam pipet volum hingga tidak ada sirup yang masih tertinggal di dalam pipet
5.        Memasukan aquades kedalam labu takar hingga tanda tera lalu menghomogenkanya.
6.        Memipet 10 ml larutan sampel, memasukanya kedalam gelas ukur 50 ml, menambahkan reagen kedalam larutan kemudian menghomogenkanya hingga reagen larut.
7.        Membilas kedua kuvet dengan aquades, kemudian membilas masing – masing kuvet dengan larutan sampel dan blanko
8.        Memasukan larutan blanko kedalam kuvet yang sudah dibilas dengan larutan blanko, memasukan larutan sampel kedalam kuvet yang sudah dibilas dengan larutan sampel itu sendiri kemudian membersihkan sisa – sisa air yang terdapat dibagian luar kuvet
9.        Memasukan larutan blanko kedalam spektrofotometer kemudian tekan zero
10.    Memasukan larutan sampel kedalam spektrofotometer kemudian tekan read dan mencatata konsentrasinya.

3.4  Data Pengamatan dan Perhitungan
3.4.1         Penetapan Indeks Bias dan Kadar Garam dalam Sirup
a.       Data Pengamatan
Hasil Praktikum
No
Konsentrasi
Indeks Bias
1.       
0
0
2.       
2,5 %
2,0
3.       
5,0 %
4,4
4.       
7,5 %
6,9
5.       
10,0 %
9,0
6.       
12,5 %
11,0
7.       
15,0 %
13,0
Hasil Praktikum Indeks Bias Sampel Sirup
No
Konsentrasi
Indeks Bias
1.       
1,34 %
1,2
Hasil Pengolahan Data
No
Konsentrasi
Indeks Bias
1.       
-0,01 %
0
2.       
2,25 %
2,2
3.       
5,0 %
4,4
4.       
7,82 %
6,9
5.       
10,21 %
9,0
6.       
12,5 %
11,0
8.       
14,75 %
13,0

b.      Perhitungan

1)      Menentukan massa NaCl yang ditimbang
Diketahui :
· Konsentrasi NaCl = 20 %
· Volume yang diinginkan = 100 ml
Ditanyakan :
· Massa NaCl yang ditimbang ?
Massa NaCl yang ditimbang =
                  =
                        = 20 gram
2)      Volume larutan NaCl yang dipipet untuk pengenceran
Diketahui:
· Konsentrasi larutan induk             = 20 %
· Volume larutan induk                   = 100 ml
· Volume yang diinginkan               = 25 ml
· Konsentrasi larutan standar          = 2,5 %, 5,0 %, 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, 15,0 %
Ditanyakan:
· Volume NaCl yang dipipet pada setiap pengenceran ?
o   15,0 %, 25 ml
§
§
§ = 18,8 ml
o   12,5 %, 25 ml
§
§
§ = 15,7 ml
o   10,0 %, 25 ml
§
§
§ = 12,5 ml
o   7,5 %, 25 ml
§
§
§ = 9,4 ml
o   5,0 %, 25 ml
§
§
§ = 6,2 ml
o   2,5 %, 25 ml
§
§
§ = 3,1 ml




3)      Persamaan Regresi Linier
No
X
Y
X2
X . Y
1.       
0
0
0
0
2.       
2,5
2
6,25
5
3.       
5,0
4,4
25
22
4.       
7,5
6,9
56,25
51,75
5.       
10,0
9,0
100,00
90,00
6.       
12,5
11,0
156,25
137,5
7.       
15
13,0
225,00
195,00
Ʃ = 7
Ʃ = 52,5
Ʃ = 46,3
Ʃ = 568,75
Ʃ = 501,25



a   =                
   =
    =
    =  = 0,0142 
b =             
  =
    =
=  = 0,88


  



4)      Regresi Linier Larutan standar NaCl
-                          = - 0,01 %
-                  = 2,25 %
-                = 5,0 %
-                    = 7,82 %
-                    = 10,21 %
-                  = 12,5 %
-                  = 14,75 %

5)      Konsentrasi kandungan garam dalam sirup
Diketahui :
·   Indeks bias pada sampel sirup : 1,2
Ditanyakan :
·   Konsentrasi kandungan garam dalam sirup ?
= 1,3 %

Keterangan :
         : Data Hasil Praktikum
         : Sampel
         : Garis regresi linier

3.4.2  Uji Kualitatif Formalin
No
Sampel
Hasil
Perubahan Warna
Positif (+)
Negatif (+)
1.       
Sirup
ü   
-
Coklat

3.4.3  Penetapan kadar kalsium dalam sirup
a.         Data Pengamatan
1)      Standarisasi Mg EDTA dengan Larutan standar Ca2+
No
V CaCO3
V awal
V akhir
V EDTA terpakai
Perubahan warna
1.       
10 ml
0
8,3 ml
8,3 ml
Merah anggur - biru
2.       
10 ml
8,3 ml
16,6 ml
8,3 ml
Merah anggur - biru
3.       
10 ml
16,6 ml
25,1 ml
8,5 ml
Merah anggur - biru
Rata – Rata
8,36 ml


2)      Data Pengamatan kadar kalsium dalam sirup
No
V sampel
V awal
V akhir
V EDTA terpakai
Perubahan warna
1.       
10 ml
0
0,3  ml
0,3 ml
Merah anggur - biru
2.       
10 ml
0,3 ml
0,4 ml
0,1 ml
Merah anggur - biru
Rata – Rata
0,2 ml


b.    Perhitungan
1)      Standarisasi Larutan EDTA
Diketahui :
·   V EDTA   = 8,36 ml
·   V CaCO3  = 10 ml
·   M CaCO3 = 0,01 M
Ditanyakan :
·   Kadar kalsium dalam sirup?
o   Kadar kalsium = 
            =
                   = 20 ppm

3.4.4           Penetapan kandungan besi dalam sirup
a.       Data Pengamatan
NO
Larutan
Konsentrasi
1.       
Blanko
0 ppm
2.       
Sampel
0,06 ppm

b.      Perhitungan
Diketahui :
·         Konsentrasi besi yang diperoleh = 0,06 ppm
·         Volume sampel = 10 ml
·         Volume pengenceran sampel = 100 ml
Ditanyakan
·         Pengenceran yang dilakukan ?
o   Fp =  
 =  = 10
o   Konsentrasi besi yang diperoleh ?
ppm besi = konsentrasi besi yang diperoleh  Fp
  = 0,06
= 0,6 ppm






















BAB IV
PEMBAHASAN

            Pada penetapan indeks bias kali ini menggunakan sirup sebagai sampel. Indeks bias berfungsi untuk mengidentifikasi zat deteksi kemurnian. Dalam sirup mengandung minimal 65 % gula yang berperan sebagai pemanis alami di dalamnya. Selain terdapat kandungan gula yang melimpah, dalam sirup ternyata mengandung kandungan garam yang sangat kecil. Kandungan garam yang biasanya terdapat dalam makanan atau minuman adalah natrium klorida. Natrium klorida, juga dikenal dengan garam dapur, atau halit, adalah senyawa kimia dengan rumus molekul NaCl. Sebagai komponen utama pada garam dapur, natrium klorida sering digunakan sebagai bumbu dan pengawet makanan atau minuman yang alami. Dalam penentuan indeks bias kandungan garam pada sirup ini digunakan alat hand refraktometer. Refraktometer atau refractometer adalah sebuah alat yang biasa digunakan untuk mengukur kadar/ konsentrasi bahan atau zat terlarut. Misalnya gula (“Brix”), garam (“Baume”), protein, dsb. Metode kerja dari refraktometer ini dengan memanfaatkan teori refraksi cahaya. Refraktometer yang digunakan adalah refkraktometer salt. Refraktometer Salt digunakan untuk mengukur kadar garam pada bagian perseribu atau ppt dan berat jenis atau persen salinitas(kadar garam) tergantung pada model. Refraktmeter salt digunakan untuk mengukur konsentrasi garam dari air atau air garam. Hand refraktometer salt untuk NaCl 0 - 28%.  Sebelum digunakan, bagian prisma dibersihkan terlebih dahulu dengan tisu  dengan tujuan agar zat yang dianalisis nilai indeks bias nilai indeks bias yang diperoleh dapat terbaca dengan jelas. Kemudian, tutup pada refraktometer harus ditutup agar sampel merata pada prisma dan untuk menghindari terkontaminasinya cemaran dari benda asing. Kemudian mengarahkan refraktometer ke arah sumber cahaya dengan tujuan untuk skala pada refraktometer dapat terlihat dan terbaca dengan jelas. Pada percobaan ini dilakukan terlebih dahulu pengamatan hasil indeks bias pada larutan blanko / aquades untuk mengkalibrasi refraktometer dan larutan standar natrium klorida 2,5 %, 5,0 % , 7,5 %, 10,0 %, 12,5 %, 15,0 % sebagai larutan standar pembanding sampel yang diamat kadar garamnya. Dapat dilihat dar data pengamatan kadar garam yang terdapat dalam sirup adalah 1,3 %.  Kesalahan yang banyak terjadi pada kadar garam dengan alat refraktometer  adalah ketidaktelitian saat mengamati zat yang dianalisis pada skala yang tertera pada refraktometer, karena perbedaan sudut kritis yang terbentuk dari kerapatan yang berbeda. Perbedaan hasil indeks bias ini dipengaruhi oleh jenis zat, suhu, tekanan, konsentrasi zat, dan penambahan pelarut lain yang menyebabkan kenaikan kadar yang diperoleh tidak sesuai dengan kadar yang diinginkan, selain itu ketelitian mata dalam membaca skala yang kurang tepat juga menjadi faktor penting dalam penetapan kadar garam dengan menggunakan alat refraktometer ini.
            Pada pengujian kualitatif formalin menggunakan sampel sirup. Sirup yang digunakan sebagai minuman penghilang rasa dahaga di tenggorokan mengandung air, gula dan formulasi bahan-bahan tambahan pangan lainya. Untuk memperpanjang masa simpan, kebanyakan industri sirup yang ada di Indonesia menambahkan pengawet. Bahan pengawet yang digunakan tidak terbatas pada bahan pengawet yang diizinkan seperti diantaranya natrium benzoat dengan batas maksimum yang dapat dikonsumsi adalah 600 mg, akan tetapi banyak pengusaha yang nakal dengan menambahkan formalin sebagai bahan pengawetnya. Bahan pengawet memang dibutuhkan untuk mencegah aktivitas mikroorganisme ataupun mencegah proses peluruhan yang terjadi sesuai dengan pertambahan waktu. Dengan demikian, pengawet diperlukan dalam pengolahan makanan ataupun minuman, namun harus tetap mempertimbangkan keamanannya (Republika, 2005). Pengujian formalin yang dilakukan pada praktikum kali ini adalah dengan cara uji kualitatif. Pengujian kualitatif ini dilakukan dengan cara memberi beberapa tetes larutan KMnO4 sehingga dapat memberi warna ungu pada sampel. Adanya kandungan formalin pada sampel ditunjukan oleh hilangnya warna ungu dari KMnO4 atau bahkan terjadi perubaha warna  pada sampel. Dari hasil pengamatan analisis kualitatif kandungan formalin pada sampel sirup positif mengandung formalin. Hal tersebut ditandai dengan adanya perubahan warna yang terlihat pada sampel yang diuji yaitu dari ungu menjadi coklat. Perubhan warna ini disebabkan karena aldehid mereduksi KMnO4 sehingga warna larutan asalnya berwarna ungu menjadi warna merah, coklat, ataupun merah kecoklatan. Penggunaan bahan formalin sebagai bahan pengawet makanan sebenarnya sudah dilarang oleh Pemerintah dengan Peraturan Menteri Kesehatan (MenKes) Nomor 1168/MenKes/PER/X/1999 (Nuryasin, 2006). Pelarangan tersebut karena formalin memilki efek yang sangat berbahaya bagi manusia. Formalin jika termakan, dalam jangka pendek tidak menyebabkan keracunan, tetapi jika tertimbun di atas ambang batas dapat mengganggu kesehatan. Ambang batas yang aman adalah 1 miligram perliter (Kompas, 2005). International Proggrame on Chemical Safety menetapkan bahwa batas toleransi yang dapat diterima dalam tubuh maksimum 0,1 mg perliter (Harmoni, 2006). Bahaya formalin dalam jangka pendek (akut) adalah apabila tertelan maka mulut, tenggorokan dan perut terasa terbakar, sakit jika menelan, mual, muntah dan diare, kemungkinan terjadi pendarahan, sakit perut yang hebat, sakit kepala, hipotensi (tekanan darah rendah), kejang, tidak sadar hingga koma. Selain itu juga dapat menyebabkan terjadinya kerusakan hati, limpa, pankreas, susunan syaraf pusat dan ginjal. Bahaya jangka panjang adalah iritasi saluran pernafasan, muntahmuntah dan kepala pusing, rasa terbakar pada tenggorokan, penurunan suhu badan dan rasa gatal di dada (Republika, 2005). Konsumsi formalin pada dosis sangat tinggi dapat mengakibatkan konvulsi (kejang-kejang), haematuri (kencing darah) dan haematomesis (muntah darah) yang berakhir dengan kematian. Injeksi formalin dengan dosis 100 gram dapat mengakibatkan kematian dalam jangka waktu 3 jam (Winarno dan Rahayu  dalam Yakin, 2001).
            Dalam percobaan ini bertujuan untuk mengetahui kandungan kadar kalsium (Ca) pada sampel sirup dengan metode titrasi khelatometri. Salah satu kegunaan titarsi khelatometri adalah menentukan ion Ca2+, Mg2+ ataupun CaCO32- dalam air yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup. Air yang tercemar dengan ion – ion tersebut dinamakan dengan air sadah. Air sadah terbagi menjadi 2 yaitu air sadah sementara yang dapat dihilangkan dengan proses pemanasan, sedangkan air sadah tetap  sulit untuk dihilangkan. Karena air yang mempunyai kesadadahan tetap yang tinggi mengandung kerak Ca (HCO3)2 atau CaCO3 yang berbentuk endapan berwarna putih yang dapat membahayakan bila dikonsumsi . Sebelum dilakukanya standarisasi semua erlenmeyer yang digunakan dibilas dengan laruratan HNO3 dengan tujuan agar erlenmeyer yang digunakan terbebas dari sisa – sisa ion logam. Penentuan kadar kalsium dilakukan dengan cara memipet sampel sirup yang telah diencerkan sebelumnya sebanyak 10 mL ke dalam erlenmeyer lalu ditambahkan dengan larutan penyangga (Buffer Amonia) dengan pH 10. larutan penyangga ini berfungsi untuk mempertahankan pH pada sampel agar tetap konstan. Setelah itu ditambahkan dengan indikator EBT, dimana indikator EBT mempunyai kemampuan dapat membentuk senyawa kompleks dengan ion logam. Indikator EBT ini termasuk indikator logam. Indikator logam adalah suatu indikator yang terdiri dari suatu zat yang umumnya senyawa organik yang dengan satu atau beberapa logam dapat membentuk senyawa yang warnanya berlainan dengan warna indikatornya dalam keadaan bebas. Kemudian campuran tersebut dititrasi dengan larutan Mg EDTA, dimana akan terjadi perubahan warna dari merah muda menjadi biru yang menunjukkan bahwa dalam sampel tersebut terdapat kandungan kadar kalsium. Perubahan warna tersebut karena air yang mengandung ion Ca2+  akan bereaksi  dengan larutan Mg EDTA dan kemudian disusul dengan bereaksinya ion Mg2+ yang memberikan titik akhir titrasi yang tajam. Dari hasil percobaan tersebut di dapatkan kadar kalsium dalam sampel sebanyak 20 ppm. Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa sampel sirup yang dianalisis tidak melebihi standar mutu pada sirup yang telah ditetapkan artinya sampel sirup tersebut memiliki kadar kalsium yang rendah.
            Spektrofotometri merupakan suatu metoda analisa yang didasarkan pada pengukuran serapan  sinar monokromatis oleh suatu lajur larutan berwarna pada panjang gelombamg spesifik dengan menggunakan monokromator prisma atau kisi difraksi dengan detektor fototube. Spektrofotometri dapat dianggap sebagai perluasan suatu pemeriksaan visual dengan studi yang lebih mendalam dari absorbsi energi. Absorbsi radiasi oleh suatu sampel diukur pada berbagai panjang gelombang dan dialirkan oleh suatu perkam untuk menghasilkan spektrum tertentu yang khas untuk komponen yang berbeda. Percobaan kali ini dilakukan analisis penentuan kadar besi Fe(II) dalam sampel sirup dengan teknik spektrofotometri UV-Vis. Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitan atau absorban suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang. Syarat analisis menggunakan visibel adalah cuplikan yang dianalisis bersifat stabil membentuk kompleks dan larutan berwarna. Oleh karena itu, dalam penetuan kadar besi dalam sampel sirup, perlu ditambahakan reagen besi yang didalamnya terkandung  hidroksilamin-HCl 5% untuk mereduksi Fe3+ menjadi Fe2+. Besi dalam keadaan Fe2+ akan lebih stabil dibandingkan besi Fe3+. Selain hidroksilamin-HCl 5%, dalam reagen tersebut mengandung fenantrolin yang berfungsi untuk membentuk kompleks agar larutan menjadi berwarna. Selain mengandung bahan diatas reagen tersebut juga mengandung natrium asetat, disini berfungsi untuk mempertahankan pH larutan. Setiap kali pengukuran aborbansi, alat spektrofotometri-UV vis yang digunakan dinolkan dengan larutan blanko. Larutan blanko ini adalah larutan berbeda dengan sampel tapi diperlakukan sama halnya dengan perlakuan sampel. Dimasukannya larutan blanko ke dalam spektrofotometri-UV vis pada pengukuran absorbansi dimaksudkan agar yang terukur nantinya hanya absorbansi atau penyerapan zat yang diinginkan. Larutan yang akan diukur absorbansinya harus distandarisasi dan untuk menstandarkan larutan digunakan larutan blanko. Larutan yang dijadikan larutan blanko pada percobaan ini adalah aquades. Dalam praktikum ini kadar besi yang diperoleh dalam sampel sirup adalah 0,6 ppm. Kandungan besi tersebut berasal dari air yang digunakan sebagai bahan baku pembuatan sirup. Berdasarkan hasil penetapan yang dilakukan, jika dibandingkan dengan kadar besi yang tertera pada syarat mutu sirup yaitu sebesar maksimal 4 ppm, kadar yang diperoleh lebih kecil dari syarat mutu pada sirup tersebut. Artinya kandungan besi dalam sampel tidak melebihi dari syarat mutu sirup yang telah ditetapkan sehingga baik untuk dikonsumsi sebagai penghilang dahaga.






















BAB V
PENUTUP
5.1                         Kesimpulan
5.1.1                     Penetuan Indeks bias
Dapat disimpulkan bahwa konsentrasi indeks bias yang diperoleh dengan menggunakan metode refraktometer sebesar 1,34 %
5.1.2                     Uji kualitatif Formalin
Dapat disimpulkan bahwa dalam sampel sirup positif mengandung formalin yang ditandai dengan perubahan warna dari ungu menjadi coklat hal tersebut karena aldehid mereduksi KMnO4.
5.1.3                     Penentuan Kadar kalsium
Dapat disimpulkan bahwa kandungan kalsium dalam sempel sirup sebesar 20 ppm. Artinya konsentrasi yang diperoleh lebih kecil dari standar mutu sirup sebesar maksimum 45 ppm sehingga baik untuk dikonsumsi.
5.1.4                     Penentuan Kadar besi
Dapat disimpulkan bahwa kadar besi yang terkandung dalam sampel sirup sebesar 0,6 ppm. Artinya  kandungan besi dalam sampel sirup ini tidak melebihi syarat mutu pada sirup yaitu sebesar maksimium 4 ppm.
5.2                         Saran
        Saran untuk praktikum kali ini adalah perlu penelitian lebih lanjut yang dilakukan badan berwenang dalam menetapkan kadar garam dalam sampel sirup. Kemudian perlunya meningkatkan ketelitian dan ketepatan dalam menggunakan alat ukur yang digunakan.
5.3                         Daftar Pustaka

No comments:

Post a Comment