Thursday, October 13, 2016

"LAPORAN ANALISIS KIMA TERPADU"

Analisis Kadar Abu dan Kandungan Pengawet
 Dalam Kecap Pedas

1.     Tujuan
a.       Mengetahui kadar abu total yang terkandung dalam kecap pedas
b.      Mengetahui kandungan pengawet yang terkandung dalam kecap pedas

2.     Dasar Teori
2.1        Kecap
                  Kecap adalah bumbu dapur atau penyedap makanan yang berupa cairan berwarna hitam yang rasanya manis atau asin. Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai atau kedelai hitam. Namun ada pula kecap yang dibuat dari bahan dasar air kelapa yang umumnya berasa asin. Kecap manis biasanya kental dan terbuat dari kedelai, sementara kecap asin lebih cair dan terbuat dari kedelai dengan komposisi garam yang lebih banyak, atau bahkan ikan laut. Selain berbahan dasar kedelai atau kedelai hitam bahkan air kelapa, kecap juga dapat dibuat dari ampas padat dari pembuatan tahu.
                      Kecap Pedas merupakan salah satu inovasi jenis kecap yang terbuat dari bahan-bahan berkualitas tinggi, dan dikemas secara higienis. Kecap Pedas mengandung kombinasi sempurna dari kecap manis dengan cabe pilihan. Kecap Pedas sendiri terbuat dari kacang kedelai kuning, gandum, gula merah, serta cabai pilihan yang diproses secara higenis. Kecap yang kita konsumsi sehari-hari dibuat dengan cara fermentasi sehingga mempunyai aroma yang baik. Kecap itu dibuat dengan bantuan jamur/kapang Aspergillus oryzae, Aspergillus niger, Hansenula sp, dan Rhizopus sp.
                      Bahan dasar pembuatan kecap umumnya adalah kedelai yang memiliki kandungan gizi cukup tinggi, terutama protein dan serat. Ada dua jenis kedelai yang dapat dijadikan bahan baku pembuatan kecap, yaitu kedelai hitam dan kedelai kuning. Sejumlah manfaat kesehatan yang dapat diperoleh dari kedelai adalah sebagai antioksidan karena kedelai mengandung senyawa yang disebut isoflavon, mengurangi resiko penyakit jantung dengan membantu mengurangi kolesterol LDL (kolesterol "jahat") serta penurunan kemungkinan pembekuan darah, mencegah kanker karena isoflavon bertindak sebagai agen antikanker yang melawan sel-sel kanker, mencegah osteoporosis karena protein kedelai membantu dalam penyerapan yang lebih baik kalsium dalam tulang,mengatasi gejala menopause karena kandungan isoflavon pada kedelai membantu untuk mengatur estrogen dan menjaga berat badan dengan kandungan serat yang tinggi.
          Syarat mutu kecap mencakup keadaan (bau dan rasa : normal, khas).
NO
Bahan yang terkandung
Banyaknya kandungan
1.
Protein
min. 2,5 %
2.
Padatan terlarut
min. 10 %
3.
NaCl
min.3 %
4.
Sakarosa
min. 40 %,
5.
Abu
0,214 %
6.
Pengawet benzoat
maks. 600 mg/kg
7.
Pengawet metil p-hidroksibenzoat
maks. 250 mg/kg
8.
Pb
maks. 1,0 mg/kg
9.
Cu
maks. 30,0 mg/kg
10.
Zn
maks. 40,0 mg/kg
11.
Sn
maks. 40,0 mg/kg
12.
Hg
maks 0,05 mg/kg
13.
As
maks. 0,5 mg/kg
14.
E-coli
 < 3 APM/g
15.
kapang/khamir
maks. 50 kol/g.
16.
Nipagin
maks. 250 mg/kg





2.2        Analisa Kadar Abu
                        Abu adalah zat anorganik dari sisa hasil pembakaran suatu bahan organik. Penentuan kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral yang terdapat dalam bahan pangan terdiri dari dua jenis garam yaitu garam organik misalnya asetat, pektat, malat, oksalat dan garam anorganik misalnya karbonat, fosfat, sulfat dan nitrat. Proses untuk menentukan jumlah mineral sisa pembakaran disebut pengabuan. Kandungan dan komposisi abu atau mineral tergantung dari jenis bahan dan cara pengabuannya.
Selain kedua garam tersebut, terkadang mineral berbentuk sebagai senyawa kompleks yang bersifat organik. Apabila akan ditentukan jumlah mineralnya dalam bentuk aslinya adalah sangat sulit, oleh karenanya biasanya dilakukan dengan menentukan sisa-sisa pembakaran garam mineral tersebut, yang dikenal dengan pengabuan.                            Metode pengabuan terdiri dari tiga macam yaitu:
1.      Pengabuan kering
                        Prinsip pengabuan metode kering dengan cara langsung adalah abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang mineral sisa hasil pembakaran. Kadar abu dalam bahan menunjukkan kadar mineral, kemurnian, dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Abu dan mineral merupakan komponen dalam bahan pangan, dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun. Pengujian kadar abu diperlukan karena untuk menentukan kualitas gizi suatu bahan pangan, tingkat kemurnian tepung atau gula, mengetahui beberapa pemalsuan kedelai atau bahan yang digunakan lainya, kontaminasi mineral yang bersifat toksik, tingkat kebersihan pengolahan suatu bahan. Metode ini dilakukan dengan tanur ataupun bunsen dengan suhu 500 – 700 °C. Adapun keuntungan dan kerugian jika menggunakan metode ini adalah sebagai berikut :







No
Keuntungan
Kerugian
1.
Aman
Kehilangan mineral yang dapat menguap pada suhu tinggi

2.
Tidak membutuhkan reagen

Membutuhkan waktu yang lama
3.
Beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan
-
4.
Tidak memerlukan tenaga pekerja yang intensif
-

 2.      Pengabuan basah
                        Pemanasan dilakukan sampai materi organik benar – benar hilang dan hanya menyisakan mineral oksida dalam larutan, biasanya memerlukan waktu 10 menit sampai beberapa jam pada suhu 350 0C. Keuntungan dan kerugian pengabuan basah :
No
Keuntungan
Kerugian
1.
Mineral volatil yang hilang tidak banyak karena menggunakan suhu yang lebih rendah
Memerlukan lemari asam karena menggunakan asam perklorat yang mempunyai sifat berbahaya
2.
Waktu analisis lebih cepat dari pada pengabuan kering
Menggunakan tenaga kerja intensif

3.      Pengabuan plasma suhu rendah
                        Sampel ditempatkan dalam chamber kaca yang divakumkan dengan menggunakan pompa vakum. Sejumlah oksigen (O2) dipompakan kedalam chamber tersebut hingga terbentuk 2O dengan aplikasi frekuensi elektromagnetik radio.
(O2 → 2O)
Semua bahan organik akan teroksidasi dengan adanya 2O dan kadar air akan menguap karena peningkatan suhu. Metode ini menggunakan suhu yang relatif rendah yaitu <150 0C

No
Keuntungan
Kerugian
1.
Hilangnya mineral volatil dapat dikurangi
Peralatan yang digunakan relatif mahal

                      Proses pengabuan atau pemijaran ini melalui beberapa tahap diantaranya :
1.      Mengeringkan sampel
                        Sebelum dilakukanya pengabuan, sampel dikeringakan terlebih dahulu dengan tujuan agar krus proslen yang digunakan tidak pecah karena memuainya tidak bertahap.
2.      Memperarang sampel
                        Kemudian krus porslen yang berisi sampel telah dikeringkan terbentuklah karbon (arang) yang selanjutnya dihilangkan pada proses pengabuan.
3.      Mengabukan sampel.
            Pada tahap ini arang yang terbentuk harus dihilangkan seluruhnya agar tidak mempengaruhi kadar yang diperoleh. Oleh karena itu, krus perlu diputar sehingga bagian yang mengandung arang  berpijar dan arang akan teroksidasi menjadi gas CO2 atau CO.        

2.3        Analisa Kandungan Bahan Pengawet
            Bahan pengawet adalah bahan tambahan pangan yang dapat mencegah atau menghambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian lain terhadap makanan yang disebabkan oleh mikroorganisme.
            Bahan pengawet umumnya digunakan untuk mengawetkan pangan yang mempunyai sifat mudah rusak. Bahan ini dapat menghambat atau memperlambat proses fermentasi, pengasaman, atau penguraian yang disebabkan oleh mikroba. Penggunaan pengawet dalam bahan pangan harus tepat, baik jenis dan dosisnya. Apabila pemakaian bahan pangan dan dosisnya tidak diatur dan diawasi, kemungkinan besar akan menimbulkan kerugian bagi pemakainya baik yang bersifat langsung, misalnya keracunan maupun yang tidak bersifat langsung atau kumulatif, misalnya bahan pengawet yang bersifat karsinogenik.

                           Secara umum penambahan bahan pengawet pada pangan bertujuan sebagai berikut :
1.       Menghambat pertumbuhan mikroba pembusuk pada pangan baik yang bersifat patogen maupun yang tidak patogen.
2.      Memperpanjang umur simpan pangan
3.      Tidak menurunkan kualitas gizi, warna, cita rasa, dan bau bahan pangan yang diawetkan.
4.      Tidak untuk menyembunyikan keadaan pangan yang berkualitas rendah.
5.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan penggunaan bahan yang salah atau yang tidak memenuhi persyaratan.
6.      Tidak digunakan untuk menyembunyikan kerusakan bahan pangan.
                              Berdasarkan Permenkes No. 722/88 terdapat 26 jenis pengawet yang diizinkan untuk digunakan dalam makanan. Adapun kelompok pengawet tersebut adalah: asam benzoat, asam propionat, asam sorbat, belerang dioksida, etil p-hidroksi benzoat, kalium benzoat, kalium bisulfit, kalium nitrat, kalium nitrit, kalium propionat, kalium sorbat, kalium sulfit, kalsium benzoat, kalsium propionat, kalsium sorbat, natrium benzoat, metil p-hidroksi benzoat, natrium bisulfit, natrium metabisulfit, natrium nitrat, natrium nitri, natrium propionat, natrium sulfit, nisin, nipagin. Penggunaan bahan pengawet tersebut harus mengikuti dosis yang ditetapkan.
                              Macam-macam bahan pengawet terdiri dari :
1.      Bahan pengawet alami
a.       Pengertian bahan pengawet alami
                        Bahan pengawet alami adalah bahan tambahan makanan yang tidak menggunakan bahan-bahan kimia. Contohnya adalah garam, gula, karagenan, buah picung, biji kepayang, gambir, dan chitosan, air ki dan kunyit.
b.      Macam-macam pengawet alami
a)      Garam
                        Larutan garam yang dimasukkan ke dalam jaringan diyakini mampu menghambat pertumbuhan aktivitas bakteri penyebab pembusukan sehingga membuat makanan lebih awet. Prosesnya biasa disebut dengan pengasinan atau penggaraman. Pengawetan dengan garam ini memungkinkan daya simpan yang lebih lama dibandingkan dengan produk segarnya yang hanya bisa bertahan selama beberapa hari atau jam. Contohnya ikan yang hanya tahan beberapa hari, bila diasinkan dapat tahan selama berminggu – minggu. Tentu saja prosedur pengawetan ini memerlukan perhatian karena konsumsi garam secara berlebihan bisa memicu penyakit darah tinggi.
b)      Karagenan
                        Keragenan adalah bahan alami pembentuk gel yang dapat digunakan untuk mengenyalkan bakso dan mie basah sebagai bahan alternatif yang aman pengganti boraks. Karagenan dihasilkan dari rumput laut Euchema sp. yang telah dibudidayakan di berbagai perairan Indonesia. Dijelaskannya bahwa setiap 1 kilogram bakso membutuhkan 0,5-1,5 gram karagenan untuk mengenyalkannya. Di pasaran, 0,5-1,5 gram karagenan dijual dengan harga Rp750,00 sampai Rp900,00. Karagenan dalam industri sering dijadikan bahan campuran kosmetik, obat-obatan, es krim, susu, kue, roti dan berbagai produk makanan
c)      Buah Picung
                        Pohon picung atau kluwak (dalam bahasa Jawa) banyak tersebar di seluruh nusantara. Selain sebagai bumbu masak dapur, biji buah picung juga bisa dimanfaatkan sebagai pengawet alami ikan segar. Kombinasi 2% biji buah picung dan 2% garam dari total berat ikan telah mampu mengawetkan ikan kembung segar selama 6 hari tanpa mengubah mutu. Normalnya, ikan kembung segar yang disimpan di suhu kamar tanpa penambahan picung atau es hanya bisa bertahan 6 jam. Lebih dari itu, ikan tersebut akan busuk dan rusak. Seorang nelayan untuk mempertahankan mutu ikan hasil tangkapannya membutuhkan es batu minimal 1 :1 berat ikan segar. Bila ikan yang ditangkap 50 kg, maka nelayan membutuhkan es batu minimal 50 kg pula. Namun dengan memanfaatkan cacahan biji buah picung, nelayan hanya membutuhkan 1 kg cacahan biji buah picung untuk 50 kg ikan segar 
d)     Biji Kepayang 
                        Pohon tanaman ini memiliki tinggi hingga 40 m dengan diameter batang 2,5m. Jika melihat uraian diatas, maka dapat dikatakan tanaman ini tumbuh tersebar luas hampir di seluruh Nusantara. Kepayang mulai berbuah di awal musim hujan pada umur 15 tahun dengan jumlah 300 biji di setiap pohonnya . Tanaman ini telah lama digunakan sebagai bahan pengawet ikan. Untuk dapat memanfaatkannya sebagai pengawet, terlebih dahulu biji dicincang halus dan dijemur selama 2-3 hari. Hasil cincangan tanaman ini kemudian dimasukkan ke dalam perut ikan laut yang telah dibersihkan isi perutnya. Cincangan biji kepayang memiliki efektivitas sebagai pengawet ikan hingga 6 hari . Khusus untuk pengangkutan jarak jauh, tanaman ini dicampur garam, dengan perbandingan 1 bagian garam dan 3 bagian biji Kepayang.
e)      Gambir 
                              Tanaman gambir (Uncariae Romulus et Uncus) di Indonesia, daun dan getahnya digunakan untuk bahan kelengkapan untuk menyirih. Tanaman yang termasuk keluarga Rubiaceae ini juga sering digunakan untuk obat luka bakar, sakit kepala, diare, disentri, sariawan, dan sakit kulit, serta bahan tekstil. Secara alami para produsen makanan sering menggunakan tanaman yang daunnya berbentuk bujur sangkar dengan permukaan licin ini untuk pengawet makanan. Pasalnya, dalam daun ini terdapat sebuah kandungan katekin yang dapat mengawetkan makanan dari kerusakan akibat mikroorganisme dan degradasi reaksi oksidasi (penyebab basi).
f)       Chitosan
                        Chitosan dihasilkan dari chitin dan mempunyai struktur kimia yang sama dengan kitin, terdiri dari rantai molekul yang panjang dan berat molekul yang tinggi. Perbedaan antara kitin dan kitosan adalah pada setiap cincin molekul kitin terdapat gugus asetil (-CH3-CO) pada atom karbon kedua, sedangkan pada kitosan terdapat gugus amina (-NH). Kitosan dapat dihasilkan dari kitin melalui proses deasetilasi yaitu dengan cara direaksikan dengan menggunakan alkali konsentrasi tinggi dengan waktu yang relatif lama dan suhu tinggi.
g)      Air ki
                        Air ki merupakan salah satu bahan pengawet alami yang menggunakan bahan dasar jerami. Cara penggunaannya cukup sederhana. Jerami dibakar hingga menjadi abu, lalu abu jerami dimasukkan ke dalam wadah yang diberi air dan rendam sekitar 1 sampai 2 jam. Selanjutnya disaring sehingga sisa pembakaran jerami tidak bercampur dengan air. Air sisa pembakaran jerami inilah yang disebut air ki. Air ki mengandung antiseptik yang dapat membunuh kuman, dengan pemberian air ki, makanan dapat bertahan lebih lama seperti pada mie basah yang mampu bertahan sampai dua hari.
h)      Kunyit
                        Kunyit dapat digunakan sebagai pengawet makanan karena berfungsi sebagai antibiotik, antioksidan, antibakteri, anti radang dan antikanker. Kunyit basah kandungan utamanya adalah kurkuminoid 3-5 %. Sedangkan pada kunyit ekstrak, kandungan kurkuminoid mencapai 40-50 %. Untuk penggunaan kunyit disarankan agar tidak melalui pemanasan, terkena cahaya dan lingkungan yang basah. Sebaiknya kunyit ditumbuk, digiling dan diperas airnya. 

2.      Bahan pengawet sintesis
a.       Pengertian bahan pengawet sintesis
                        Bahan pengawet sintesis adalah bahan tambahan hasil sintesis dari bahan-bahan kimia yang bermanfaat agar bahan-bahan yang ada di sekitar kita bisa lebih tahan lama atau awet sehingga bisa digunakan dalam jangka waktu yang panjang.
b.      Macam-macam bahan pengawet sintesis
1)      Sodium Benzoate
                              Pengawet ini berfungsi mencegah pertumbuhan jamur dan bakteri dalam makanan. Biasanya terdapat dalam buah atau bumbu di dalam makanan yang berbentuk bubuk putih seperti garam tapi tidak memiliki bau.
2)      Sodium Nitrit
                              Pengawet ini berfungsi mencegah produksi bakteri dalam jenis daging tertentu sehingga daging terlihat lebih merah atau pink dan tidak cepat berubah warna menjadi coklat. Pengawet ini berbentuk serbuk berwarna kekuningan.
3)      Kalium (Pottasium) Sorbate
                              Pengawet ini berfungsi menahan produksi ragi dan jamur dalam makanan. Biasa digunakan dalam pembuatan roti, kue, pie, keju, mayonnaise atau bisa juga di dalam minuman.
4)      Natrium Sorbate
                              Pengawet ini berfungsi menghentikan produksi bakteri, kapang dan jamur serta membantu menghilangkan rasa dan bau tidak enak dalam makanan. Biasa digunakan dalam minuman anggur, keju dan saus.
5)      Kalsium Benzoat
                        Bahan pengawet ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri penghasil toksin (racun), bakteri, spora dan bakteri bukan pembusuk. Senyawa ini dapat mempengaruhi rasa. Bahan makanan atau minuman yang diberi benzoat dapat memberikan kesan aroma fenol, yaitu seperti aroma obat cair.


6)      Asam benzoat
                        Digunakan untuk mengawetkan minuman ringan, minuman anggur, saus sari buah, sirup, dan ikan asin. Bahan ini bisa menyebabkan dampak negatif pada penderita asma dan bagi orang yang peka terhadap aspirin. Asam Benzoat bisa memicu terjadinya serangan asma. 
7)      Sulfur Dioksida (SO2)
                        Bahan pengawet ini juga banyak ditambahkan pada sari buah, buah kering, kacang kering, sirup dan acar. Meski bermanfaat, penambahan bahan pengawet tersebut berisiko menyebabkan perlukaan lambung, mempercepat serangan asma, mutasi genetik, kanker dan alergi. 
8)      Kalium nitrit
                        Kalium nitrit berwarna putih atau kuning dan kelarutannya tinggi dalam air. Bahan ini dapat menghambat pertumbuhan bakteri pada daging dan ikan dalam waktu yang singkat. Sering digunakan pada daging yang telah dilayukan untuk mempertahankan warna merah agar tampak selalu segar, semisal daging kornet. Jumlah nitrit yang ditambahkan biasanya 0,1% atau 1 gram/kg bahan yang diawetkan. Untuk nitrat 0,2% atau 2 gram/kg bahan. Bila lebih dari jumlah tersebut bisa menyebabkan keracunan, selain dapat mempengaruhi kemampuan sel darah membawa oksigen ke berbagai organ tubuh, menyebabkan kesulitan bernapas, sakit kepala, anemia, radang ginjal, dan muntah-muntah. 
9)      Kalsium Propionat atau Natrium Propionat
                        Keduanya yang termasuk dalam golongan asam propionat sering digunakan untuk mencegah tumbuhnya jamur atau kapang. Bahan pengawet ini biasanya digunakan untuk produk roti dan tepung. Untuk bahan tepung terigu, dosis maksimum yang disarankan adalah 0,32% atau 3,2 gram/kg bahan. Sedangkan untuk makanan berbahan keju, dosis maksimumnya adalah 0,3% atau 3 gram/kg bahan. Penggunaaan melebihi angka maksimum tersebut bisa menyebabkan migren, kelelahan, dan kesulitan tidur. 
10)  Natrium Metasulfat
                        Sama dengan Kalsium dan Natrium Propionat, Natrium Metasulfat juga sering digunakan pada produk roti dan tepung. Bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan alergi pada kulit. 

11)  Asam Sorbat
                        Beberapa produk beraroma jeruk, berbahan keju, salad, buah dan produk minuman kerap ditambahkan asam sorbat. Meskipun aman dalam konsentrasi tinggi, asam ini bisa membuat perlukaan di kulit. Batas maksimum penggunaan asam sorbat (mg/l) dalam makanan berturut-turut adalah sari buah 400; sari buah pekat 2100; squash 800; sirup 800; minuman bersoda 400.
12)  Natamysin
                        Bahan yang kerap digunakan pada produk daging dan keju ini, bisa menyebabkan mual, muntah, tidak nafsu makan, diare dan perlukaan kulit. 
13)  Kalium Asetat
                        Makanan yang asam umumnya ditambahi bahan pengawet ini. Padahal bahan pengawet ini diduga bisa menyebabkan rusaknya fungsi ginjal. 
14)  Butil Hidroksi Anisol (BHA)
                        Biasanya terdapat pada daging babi dan sosisnya, minyak sayur, keripik kentang, pizza, dan teh instan. Bahan pengawet jenis ini diduga bisa menyebabkan penyakit hati dan memicu kanker.
15)  Sulfur (belerang) Dioksida
                              Pengawet ini berbentuk bubuk yang bila dilarutkan dalam air dapat menghentikan proses pemasakan buah, mengubah susunan kimiawi yang dapat mengubah rasa dari buah. Biasanya ditemukan dalam anggur, cuka dan beberapa jenis jus buah seperti jus jeruk atau jus apel.
16)  Formalin (Formaldehyde solution) 
                              Formalin adalah suatu larutan yang tidak berwarna, berbau tajam yang mengandung lebih kurang 37 % formaldehit dalam air, biasanya ditambahkan mineral 10-15 % sebagai pengawet. Nama lain formalin adalah Formal, Morbicid, Methanol, Formic aldehyde, Methyl oxide, Oxymethylene, Methyl aldehyde, Oxomethane, Formalin, Oxomethane, Karsan, Methylene glycol, Paraforin, Polyoxymethylene glycols, Superlysoform, Tetraoxymethylene dan Trioxane. Menurut Food  and Drugs Administration (FDA), keamanan suatu pengawet makanan harus mempertimbangkan jumlah yang mungkin dikonsumsi dalam jumlah zat yang akan terbentuk dalam makanan dari penggunaan pengawet, efek akumulasi dari pengawet dalam makanan dan potensi  toksisitas yang dapat terjadi dari pengawet jika dicerna oleh manusia atau hewan, termasuk potensi menyebabkan kanker.
17)  Nipagin (Methyl parahydroxybenzoate)
                        Nipagin adalah bahan pengawet makanan yang dipakai di berbagai jenis makanan. Penggunaannya diatur dalam Codex Alimentarius Commission. Nipagin memiliki nama lain, yakni methylparaben dengan rumus kimia  CH3(C6H4(OH)COO). Fungsi nipagin hanya menahan laju pertumbuhan mikroba yang membuat makanan cepat rusak. Penggunaan nipagin berlebih tidak memperpanjang daya tahan makanan jika jumlah mikroba dalam makanan itu telah berlebih sejak awal. Akibat negative penggunaan nipagin yaitu kanker payudara dan alergi.

3.     Alat dan Bahan
3.1        Analisis Kadar Abu
a.       Alat              :
1. Krus porslen
2. Bunsen
3. Desikator
4. Oven
5. Hot plate
6. Timbangan neraca analitik
7. Gelas beaker 50 ml
8. Spatula
9. Tang krus
10.      Statif dan ring

b.      Bahan           :
1.      Sampel kecap pedas

3.2        Analisis Kandungan Pengawet
a.       Alat              :
1.      Erlemeyer
2.      Beaker gelas
3.      Gelas ukur
4.      Hot plate   
b.      Bahan           :
1.Sampel kecap pedas
2.Aquadest
3.H2SO4 4N
4.Eter
5.FeCl3
6.Aqua brom
7.(NH4)2S
8.NH4OH

4.     Cara Kerja
a.     Analisa Kadar Abu
1.      Menyiapkan alat dan bahan. Lalu memasukan krus porslen kedalam oven selama  30 menit kemudian memasukan krus porslen kedalam desikator selama 15 menit.
2.      Menimbang krus porslen kosong dan memasukan sampel kedalam krus porslen sebanyak 5,0081 gram.
3.      Melakukan pengeringan sampel di hot plate hingga kering selama 30 menit lalu memasukan krus poslen berisi sampel kedalam desikator.
4.      Melakukan pengabuan sampel dengan menggunakan bunsen dengan suhu 700 ° C hingga pengabuan sempurna.
5.      Memasukan krus porslen berisi abu kedalam desikator selama 30 menit kemudian melakukan penimbangan krus yang telah dipijarkan dan melakukan perhitungan kadar abu yang diperoleh.
b.      Analisa Bahan Pengawet
a)      Penentuan asam benzoat
1.      Dilarutkan 1 bagian sampel dalam 4 bagian air, diaduk dan bila perlu disaring
2.      Ambil kira – kira 60 ml larutan, asamkan dengan H2SO4 4N, selanjutnya dikocok 2 kali dengan 20 ml dan 10 ml eter. Larutan eter tersebut setelah dicampur dengan baik, eternya diuapkan dengan pemanasan lambat (jangan pakai api langsung)
3.      Residu dicampur dengan 10 tetes H2SO4 4N dan kemudian dipanaskan 1800C selama 3 menit. Setelah didinginkan cairannya dibuat alkalis dengan penambahan amonia dan didihkan.
4.      Setelah dingin diberi amonium sulfida. Timbulnya warna merah coklat menunjukan adanya asam benzoat.
b)     Penentuan nipagin
1.      Dilarutkan 1 bagian sampel dalam 4 bagian air, diaduk dan bila perlu disaring
2.      Tambahkan filtrat dengan FeCl3
3.      Jika terbentuk endapan violet maka positif nipagin

4.     Data Pengamatan 

   No
Keterangan
Hasil Timbang

  1.  
Massa Krus Kosong (Wo)
20,8448 gram

  1.  
Massa Krus Isi (Wi)
21,0671 gram

  1.  
Massa sampel (Ws)
5,0081 gram



5.     Perhitungan
Diketahui                                      :
1.      Massa krus kosong (Wo)         : 20,8448 gram
2.      Massa krus isi (Wi)                  : 21,0671 gram
3.      Massa sampel (Ws)                 : 5,0081 gram
Ditanyakan                                                :
Kadar abu dalam kecap pedas ?
Jawab                                            :
=  × 100 %
=  × 100 %
=  × 100 %
=
= 4,43 %

6.     Pembahasan
                        Dalam praktikum penetapan kadar abu ini, metode pengabuan yang digunakan adalah metode pengabuan kering dengan cara langsung. Prinsip pengabuan metode kering dengan cara langsung adalah abu dalam bahan pangan ditetapkan dengan menimbang mineral sisa hasil pembakaran. Kadar abu dalam bahan menunjukkan kadar mineral, kemurnian, dan kebersihan suatu bahan yang dihasilkan. Abu dan mineral merupakan komponen dalam bahan pangan, dibutuhkan tubuh dalam jumlah kecil, berfungsi sebagai zat pengatur dan pembangun. Pengujian kadar abu diperlukan karena untuk menentukan kualitas gizi suatu bahan pangan, tingkat kemurnian tepung atau gula, mengetahui beberapa pemalsuan kedelai atau bahan yang digunakan lainya, kontaminasi mineral yang bersifat toksik, tingkat kebersihan pengolahan suatu bahan. Metode ini dilakukan dengan tanur ataupun bunsen dengan suhu 500 – 700 °C. Metode pengabuaan kering ini dipilih karena metode praktikum  tidak sulit dilakukan dan lebih banyak keuntungan serta sedikit kerugian yang diperoleh dari pada dengan menggunakan metode pengabuan lainnya. Keuntungan dan kerugaian tersebut diantaranya :
No
Keuntungan
1.
Aman
2.
Tidak membutuhkan reagen.
3.
Beberapa sampel dapat dianalisis secara bersamaan
4.
Tidak memerlukan tenaga pekerja yang intensif

No
Kerugian
1.
Kehilangan mineral yang dapat menguap pada suhu tinggi
2.
Membutuhkan waktu yang lama

                        Pada praktikum ini langkah pertama yang dilakukan adalah memasukan krus porslen selama 30 menit kedalam oven. Hal tersebut bertujuan untuk menghilangkan kadar air yang dikhawatirkan dapat mempengaruhi waktu pengabuan semakin lama. Kemudian dilakukan penimbangan, hasil timbang yang diperoleh melebihi 0,0081 dari masa yang diinginkan yaitu 5,0000 gram. Kelebihan massa ini terjadi karena kecap memiliki sifat fisik yang cukup kental sehingga cukup sulit untuk mendapatkan massa yang diinginkan. Sebelum memasuki tahap pengabuan, dilakukan tahap pengeringan sampel. Pada tahap pengeringan sampel ini cara yang digunakan adalah pengeringan dengan menggunakan hot plate. Pengeringan dengan menggunakan hot plate ini bertujuan untuk mempersingkat proses pengeringan pada sampel, mempermudah untuk melakukan pengamatan sampel tersebut, dan mencegah terjadinya pecahnya krus porslen karena memuai yang tidak bertahap pada proses pengabuan. Kemudian setelah tahap pengeringan, terjadi tahap pengarangan. Pada tahap pengarangan ini terbentuk karbon (arang) yang dapat mempengaruhi kadar yang diperoleh sehingga keberadaanya dihilangkan dengan cara pengabuan. Pada tahap pengabuan ini arang yang terbentuk harus dihilangkan seluruhnya agar tidak mempengaruhi kadar yang diperoleh. Oleh karena itu, krus perlu diputar sehingga bagian yang mengandung arang  berpijar dan arang akan teroksidasi menjadi gas CO2 atau CO. Sehingga hanya menyisakan sampel yang telah berbentuk abu saja.
Kemudian memasukan krus yg berisi sampel yang telah menjadi abu kedalam desikator di lengkapi dengan zat penyerap uap air misalnya silica gel. Hal tersebut bertujuan untuk mendinginkan krus hingga mencapai suhu normal dan menyerap uap air yang terbentuk karena suhu yang terlalu tinggi pada saat pengabuan, sehingga tidak mempengaruhi massa pada saat penimbangan yang dapat mempengaruhi kadar yang diperoleh.
                    Dari praktikum yang telah dilakukan, hasil pengabuan yang diperoleh saat penentuan kadar abu dalam sampel kecap pedas adalah 4,43 %. Hasil ini sangat jauh melampaui dari syarat standar mutu kecap yang hanya berksisar 0,214 %. Selain itu, kadar abu dalam suatu bahan pangan juga berhubungan erat dengan kandungan mineral yang terdapat dalam suatu bahan. Kemungkinan kandungan mineral pada sampel kecap pedas ini lebih banyak dari pada yang telah di tetapkan pada standar mutu kecap. Hal tersebut dapat terjadi karena adanya tambahan bahan pangan yang dapat menyebabkan jauhnya perbedaan hasil kadar yang diperoleh dengan standar mutu kecap yang telah ditetapkan. Namun, ada faktor lain juga yang menyebabkan tingginya kadar abu yang diperoleh dengan kadar pada syarat standar mutu kecap diantaranya karena kemungkinan pemilihan metode pengabuan yang dilengkapi dengan alat berbeda, perbedaan sampel yang digunakan pada saat penetapan dan faktor kondisi lingkungan pada saat analisa.

7.     Kesimpulan
            Dari praktikum yang telah dilakukan maka dapat disimpulkan :
a.       Kadar abu yang terkandung dalam sampel kecap pedas yang diperoleh sebanyak 4,43 % .
b.      Syarat standar mutu kandungan abu dalam kecap yaitu 0,214 %.

8.     Daftar Pustaka
http://food.detik.com/read/2011/01/31/161010/1557382/294/kecap-pedas-abc-terbaru-dari-heinz.